BMR - SENI PERTUNJUKAN MELAYU

 SENI PERTUNJUKAN MELAYU

سني قرتونجوكن ملايــــو



A. PENGERTIAN

    Istilah seni pertunjukan merujuk kepada seni konseptual atau avant garde yang pada dasarnya tidak dikenal di alam Melayu. Istilah ini tumbuh dari seni rupa dan merupakan bagian dari perkembangan dari aktivitas berkesenian itu sendiri. Dalam KBBI, pertunjukan berarti sesuatu yang dipertunjukkan atau tontonan misalnya bioskop, wayang, dan sebagainya, termasuk pameran barang-barang. Seni pertunjukan pada dasarnya adalah ungkapan budaya dalam menyampaikan kreativitas yang mengandung nilai nilai budaya dan norma-norma estetik artistik yang berkembang sesuai dengan zaman. Seni pertunjukan dipengaruhi oleh proses akulturasi sehingga melahirkan perubahan dan transformasi dalam berbagai bentuk tanggapan budaya.

    Berbeda dari jenis seni lainnya yang mewujud dalam bentuk benda, misalnya seni rupa, seni pertunjukan hanya bisa dinikmati apabila disaksikan secara langsung. Menikmati seni pertunjukan membutuhkan waktu dengan durasi dan tempat tertentu yang dimulai dari permulaan pertunjukan hingga selesai.

    Jika dilihat dari fungsinya, seni pertunjukan berfungsi sebagai sarana hiburan, pewarisan nilai-nilai dari suatu generasike generasi berikutnya, serta keterkaitan dengan sistem religi yang hidup pada komunal pemiliknya. Selain itu, beberapa seni pertunjukan juga berfungsi sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan Melayu adalah seni pertunjukan tradisional yang tumbuh dan berkembang di alam Melayu, berperan sebagai pewarisan nilai-nilai, ungkapan syukur, yang dimiliki secara komunal oleh masyarakat pendukungnya. Hubungan antara seni pertunjukan dengan komunal pemiliknya berkaitan erat dengan keberadaan dan keberlangsungan seni pertunjukan tersebut.

    Sebagaimana seni pertunjukan lainnya, seni pertunjukan Melayu juga berbentuk kompleks yang tidak hanya melibatkan satu jenis namun melibatkan berbagai jenis karya seni. Pertunjukan Randai Kuantan misalnya, seni yang ditampilkan meliputi seni musik, teater, tari, rias, serta kostum dan make up. Seni pertunjukan umumnya tidak dapat berdiri sendiri sehingga sering disebut sebagai bentuk seni yang kompleks.

    Setiap wilayah di Riau memiliki beragam jenis seni pertunjukan dengan bentuk dan struktur yang khas. Keberagaman sebaran tersebut dipengaruhi oleh interaksi wilayah tersebut dengan budaya luar. Beberapa seni pertunjukan tersebut misalnya ranggung, teater bangsawan, mamanda, randai Kuantan, kayat, koba, nyanyian panjang, dan syair.

    Jika dilihat dari bentuk, seni pertunjukan Melayu meliputi berbagai cabang seni yang terdiri dari drama (teater atau lakon), tari, musik, dan cerita.


B. JENIS-JENIS SENI PERTUNJUKAN MELAYU

جنيس-جنيس سني فرتونجوکن ملايــــو

1. Seni Drama

سنیا دراما

a. Randai Kuantan

    Randai Kuantan adalah teater rakyat yang berkembang di Rantau Kuantan. Kesenian ini memadukan unsur cerita, dialog, nyanyian, musik, dan tarian. Pertunjukan randai disajikan dilaman randai yang berada di halaman rumah atau tanah lapang. Alat musik yang digunakan berupa piul (biola), tiga gendang, kerincing, serta pluit untuk mengatur gerakan randai. Pemain berkisar antara 15-25 orang termasuk pelakon dan pemusik. Pemimpin kelompok disebut induk randai dan anak buahnya disebut anak randai.

    Pemain randai semuanya harus laki-laki, sedangkan untuk peran wanita dilakonkan oleh laki-laki yang memakai pakaian perempuan yang disebut bujang gadi. Pakaian pemain umumnya mengenakan pakaian sehari-hari atau saat ini sering menggunakan seragam randai

    Pada umumnya irama lagu-lagu randai menggunakan irama yang sama. Liriknya berbentuk pantun yang selalu berubah, muncul secara improvisasi berdasarkan situasi atau keadaan saat randai dipertunjukkan. Misalnya, jika penyanyi randai melihat seorang gadis berbaju merah yang menarik perhatiannya. Maka, pantun nyanyian akan menyentil gadis tersebut. Judul irama juga tidak berhubungan dengan lirik lagu atau tema yang disajikan. Irama lagu randai yang umum dikenal misalnya Panjek-panjek Tabulusui, Cigak Bugial, Tanjuang Putui, Jambu Mera, Salah Sangko, Bungo Satangkai, Angin Malam, Olang Binti, dan Binjek-binjek.

    Randai mempunyai struktur persembahan yang terbagi dalam lima bagian, yakni perarakan masuk, persembahan (prolog), lakon, nyanyian dan musik, dan ditutup perarakan keluar. Perarakan masuk dilakukan saat pemain dan pemusik randai masuk ke dalam laman randai secara beriringan dalam satu barisan. Para pemain kemudian membentuk suatu lingkaran dan pemain musik keluar dari barisan lalu menuju tempat yang telah disiapkan.

    Prolog dalam randai berbentuk tarian dan nyanyian yang berfungsi sebagai pengantar dari jalan cerita. Lakon berupa dialog tanpa naskah atau hanya improvisasi pelakon yang disesuaikan dengan garis-garis besar jalan cerita. Lakon disusun dalam beberapa babak dan setiap babak diakhiri dengan nyanyian Sedangkan perarakan keluar dilakukan setelah pertunjukan selesai, yang dilakukan seperti perarakan masuk.


b. Bangsawan

    Cerita-cerita dalam bangsawan sering mengangkat kisah tentang lingkungan istana. Para pemain berlakon di atas panggung yang dilengkapi layar berlapis (layar stret). Layar-layar yang digunakan dihiasi dengan gambar istana, taman, hutan dan saujana alam. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan situasi sebuah kisah terjadi. Misalnya, jika suatu peristiwa terjadi di istana, maka layar ditampilkan berupa gambar istana.

    Penyajian bangsawan umumnya dilakukan pada malam hari dalam upacara-upacara daur hidup, hari besar agama Islam, danperingatan kemerdekaan Indonesia. Cerita yang sering diangkat, misalnya cerita Hang Tuah Lima Bersaudara, Sultan Mahmud Mangkat Di Julang, 1001 Malam, Rakyat Melayu, Laksamana Bintan Dongeng India dan Cina, dan Hikayat Melayu. Setiap cerita terbagi dalam beberapa babak yang diselingi dengan selang waktu untuk menceriterakan apa yang akan terjadi pada babak berikutnya. Sesuai dengan namanya, yaitu bangsawan, kostum dan tata rias yang dipakai menyerupai orang-orang di kalangan bangsawan.

    Lagu pengiring biasanya berupa lagu-lagu yang sering dinyanyikan dalam joged atau tari zapin seperti Stambul Dua, Stambul Opera, dan Dondang Sayang. Alat musik yang disertakan adalah biola, akordeon, gendang, gong dan tambur.

    Tokoh utama terdiri dari Sri Panggung, wira, pelawak jenaka, raja, jin, nenek kebayan, inang, dayang-dayang, pengawal, hulubalang, dan menteri. Sri Panggung diperankan oleh pemain tercantik sekaligus diplot sebagai primadona panggung. Wira heroik yang disebut sebagai anak muda. Pelawak jenaka yang dikenal sebagai khadam, raja yang adil dan raja yang zalim, serta tokoh jin.


c. Tonel

    Penamaan tonel berasal dari bahasa Belanda het toneel. Istilah ini berarti "pertunjukan teater." Tonel berkembang di Riau sejak pada masa pendudukan Belanda. Dalam kisah-kisah yang dimainkan, komedi atau kelucuan menjadi bagian penting dari setiap pertunjukan tonel, baik dari sisi improvisasi para pemain maupun karakter tokoh atau cerita yang ditampilkan. Budaya humor dalam pertunjukan Melayu dapat pula dilihat pada seni pertunjukan tradisional lainnya seperti bangsawan, mendu, mamanda, dan randai Kuantan.


d. Mamanda

    Cerita mamanda selalu mengangkat kisah tentang kehidupan raja dan kerajaan, yang diambil dari syair atau hikayat Melayu, misalnya Syair Abdul Muluk, Syair Siti Zubaidah, Hikayat Si Miskin, Hikayat Cendera Hasan dan Hikayat Seribu Satu Malam. Setiap persembahan diiringi musik tabuhan yang terdiri dari gendang dua muka, gong, dan rebab.

    Tokoh yang sering ditampilkan adalah raja, wazir, mangkubumi, perdana menteri, panglima perang, harapan pertama, harapan kedua, putri raja, raja jin, anak muda, perompak, dan khadam atau badut. Kostum pelakon pada awalnya mengenakan pakaian sehari-hari. Namun, pengaruh Barat masuk pada abad pertengahan sehingga mengubah tata busana dan tata rias.

    Pelakon mamanda tidak mempunyai naskah. Para pelakon hanya diberikan garis-garis besar jalan cerita, sehingga saat pertunjukan, para pelakon melakukan improvisasi untuk menghidupkan peranan masing-masing. Para pelakon memegang peranan secara tetap, sehingga menguasai peranan masing-masing. Semua pelakon mamanda terdiri dari lelaki yang memegang semua jenis watak.


e. Ranggung

    Pertunjukan ranggung merupakan kemahiran dalam memerankan tokoh atau watak yang dipilih secara "gaib" oleh pimpinan ranggung. Para pemain terdiri dari mudim (dukun), pelakon, tukang jaga serta para pemain musik rebana dan gong. Kemahiran pemain ranggung tidak melalui proses pembelajaran, namun melalui kemahiran mudim.

    Sebelum ranggung dimainkan, mudim mengasapi pelakon dengan kemenyan sambil membaca mantra. Jika mantra berhasil, pelakon akan kemasukan roh halus sehingga akan berubah menjadi "tokoh" yang dimasukan. Peran yang dimainkan bisa berupa cigak dan harimau, burung ranggung, burung elang, burung tiung, burung pelanduk, raja penyabung, raja pencuri dan penutup raja Belanda.

    Pada saat pelakon "kemasukan" (memerankan) salah satu karakter, maka akan menirukan gerak dari tokoh tersebut. Misalnya, jika berperan sebagai burung elang, maka akan menirukan gerak burung elang. Jika berperan sebagai raja pencuri, maka akan bertingkah laku sebagai pencuri. Jika berperan sebagai raja Belanda, maka akan menirukan raja Belanda.


f. Sijobang Buwuong Gasiong

    Sijobang merupakan pertunjukan cerita seperti halnya teater monolog yang dibawakan oleh seorang pemain laki-laki. Dalam pertunjukan, pemain menuturkan cerita dengan cara berdendang, berpantun, bersyair, dan mengekspresikan karakter tokoh dengan mimik wajah dan gerak tubuh. Cerita yang dituturkan berupa cerita rakyat Kampar, dan cerita yang paling terkenal adalah Buwuong Gasiong, sehingga sering disebut sijobang buwuong gasing.

    Pertunjukan umumnya dilaksanakan pada malam hari untuk memperingati hari-hari besar Islam ataupun upacara-upacara daur hidup seperti khitanan, akikah, dan perkawinan. Selain hiburan, pertunjukan juga dimaksudkan sebagai media transmisi nilai-nilai agama, budaya serta adat kepada khalayak.

    Sijobang buwuong gasiong biasanya ditampilkan selama tiga hingga tujuh malam. Penutur dituntut mampu memerankan seluruh tokoh yang terdapat dalam cerita. Untuk membedakan tokoh perempuan dengan laki-laki, penutur berwatak seperti tokoh yang diperankan. Misalnya, tokoh perempuan digambarkan dengan suara lembut dan gerak tubuh yang gemulai. Penonton harus mampu menafsirkan tokoh yang diperankan dan memahami kalimat yang diucapkan.


g. Lamut

    Lamut merupakan cerita pewayangan Banjar berisi fragmen-fragmen yang diambil dari epos Ramayana dan Mahabarata. Epos tersebut telah dikembangkan dengan mitologi, legenda, hikayat serta dongeng daerah Banjar. Berkisah tentang kehidupan sehari hari berlatar istana dan rakyat biasa. Isinya tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan nilai-nilai dan norma-norma. Cerita ditampilkan dengan dinyanyikan secara monolog yang diiringi tabuhan gendang. Penutur lamut disebut palamutan atau pelamut.

    Kata lamut berasal dari nama tokoh utama dalam cerita yaitu Paman Lamut. Tokoh ini dapat disamakan dengan Semar dalam kisah pewayangan, Kasan Mandi Kulayang Mandi (Arjuna), Galuh Jungmasari atau Galuh Junjumasari (Shinta), Sultan Aliuddin (Rahwana), Labai Buranta (Gareng) Anglung Anggasina atau Anglung Naga Singa (Petruk), dan Palinggang Kurba (Cepot).


2. Seni Tari

سنیا ت اري
Penamaan zapin berasal dari bahasa Arab, al-zapin yang berarti gerakan kaki. Sehingga tari zapin dapat dipahami sebagai tarian yang banyak mengandung atau menitikberatkan pada gerakan kaki sebagai media ungkap tari. Namun, gerakan pada tangan atau lengan juga tidak kalah penting. Tangan dan lengan bertindak sebagai penyeimbang tari dan mempunyai bentuk gerakan tersendiri, misalnya mengayuh sampan, mengayun bebas, meletakkan satu tangan pada bagian dada dan tangan lainnya di belakang, atau telapak tangan terbuka atau mengepal dengan jari telunjuk menunjuk.

a. Zapin Siak

    Secara garis besar, gerakan tari zapin Siak dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu: salam penghormatan yang dilakukan dengan berdiri, atau duduk (duduk sembah), diikuti langkah buka, langkah tari, tahtim, langkah tari, dan tahtoh penutup atau sembah penutup. Setiap bagian tersebut terdapat lagi puluhan ragam lain seperti langkah 1-8, disebut langkah biasa atau langkah dasar, ragam alif untuk permulaan tari, ragam alif sembah, ragam titi batang, ragam pusing tengah, ragam dut, ragam sut depan, ragam sut maju mundur, ragam siku keluang, ragam siku keluang sembah, ragam menyambar, ragam mata angin, ragam pecah lapan, ragam pecah lapan sut, ragam anak ayam patah, ragam minta tahto atau tahtim, dan ragam tahto atau tahtim.

    Setiap ragam gerak sebagian besar bersumber dari kebesaran Tuhan atau alam raya dan mengandung makna-makna tersendiri. Gerak duduk bersimpuh bertegak lutut misalnya, memberi makna persiapan untuk menghadapi masa depan. Ragam alif bermakna sebagai tanda kebesaran Tuhan. Ragam siku keluang merupakan mimik dari pergerakan keluang. Ragam titi batang menggambarkan tingkah laku manusia yang berjalan meniti sebatang kayu yang dipergunakan sebagai jembatan, dan ragam anak ayam patah, yaitu ragam yang meniru kaki anak ayam patah berjalan diiringi dengan lagu Zapin Anak Ayam Turun Sepuluh.

    Pada masa awal, para penari zapin hanya lelaki yang menari berpasangan dengan mengenakan sarung, kemeja, dan kopiah hitam, atau teluk belanga. Pakaian tersebut disesuaikan dengan bentuk acara yang akan ditampilkan. Jika tari ditampilkan di hadapan sultan maka pakaian penati berupa kain tenun Siak. Jika ditampilkan pada majelis perkawinan, sunat rasul atau penyambutan tamu kehormatan, penari memakai songket tenun Siak, dan apabila ditampilkan sebagai hiburan, penari hanya memakai kain biasa semisal kain pelikat.


b. Zapin Meskom Bengkalis

    Zapin Meskom adalah genre zapin yang berkembang di Kampung Meskom Bengkalis. Seperti bentuk tari zapin pada umumnya, zapim Meskom juga dominan pada gerak kaki, sehingga gerak pada tangan dan kepala hanya sebagai pengimbang dari kelincahan gerak kaki. Ragam gerak yang umum digunakan adalah jalan pantas, tukar kaki atau gelombang pasang, siku keluang, anak ayam patah, belah mumbang, dan pusing sekerat. Selain itu, zapin Meskom juga mengadopsi ragam yang terdapat di Teluk Belitung yaitu sut ganda, bunga serai, catuk burung merpati, pecah delapan, pecah delapan sut, dan kembang tak jadi.

    Saat ini, zapin Meskom dikembangkan oleh beberapa sanggar zapin di Riau. Satu di antaranya adalah Sanggar Batin Sembilan yang berpusat di Kampung Meskom Bengkalis.


c. Zapin Inderagiri Hilir

    Zapin yang berkembang di Inderagiri Hilir dikenal dengan zapin sisit. Penamaan ini berdasarkan busana yang dipakai penari memakai tali karet yang dapat dikencangkan pada ujung kedua lengan, kaki, dan leher. Hal ini sedikit berbeda dengan busana zapin dari daerah lain yang lebih longgar.

    Zapin sisit mempunyai dasar ragam tidak hanya dominan pada gerakan kaki, tetapi juga gerakan lengan, tangan, dan bahu. Pada gerakan siku keluang dan gerakan tungkai, lengan lebih diangkat dalam membuat putaran gerakan. Setidaknya terdapat 5 ragam pada zapin sisit, yaitu sisit (lengan agak diangkat dan gerakan naik turun pada bahu), sisip (gerakan kedua lengan); tingkawang (putaran kedua lengan di sekitar pinggul); kuda gipang (seperti gerakan kuda kepang); dan siku keluang (gerakan mengangkat lengan lebih ke atas)


3. Seni Musik

سنیا موسیك

a. Kompang

    Musik kompang sering digunakan sebagai pengiring nyanyian terutama dalam arak-arakan, misalnya menghantar tamu ke sebuah tempat upacara atau menghantar pengantin pria ke rumah mempelai wanita. Saat ini kompang juga banyak dipertunjukkan pada kegiatan-kegiatan serimonial adat, pendidikan, politik, dan pemerintahan.

    Pemain kompang semuanya adalah laki-laki sekitar sepuluh hingga dua puluh orang pemain. Pada saat pertunjukan, para pemain akan mengiringi arakan-arakan tamu atau pengantin hingga ke tempat yang dituju. Setelah tiba di tempat yang dimaksud, permainan kompang berhenti menabuh dan pertunjukan pun berakhir.


b. Zikir Gebano

    Zikir gebano disebut juga dikir berdah, burdah, dikir rebana, atau badiki gubano merupakan pertunjukan berupa puji-pujian kebesaran Allah Swt. dan kemuliaan nabi Muhammad Saw. yang diiringi gendang bebano atau gebano. Lantunan pujian menggunakan bahasa Arab dengan panduan teks khusus yang mempunyai 14 keturunan dalam bentuk nazam.

    Pertunjukan dibagi dalam beberapa pasal atau sesi dan setiap menyelesaikan satu pasal diselingi jeda. Pedikir biasanya tegak atau duduk bersila membentuk lingkaran mengelilingi teks. Teks dilantunkan secara bergilir mengikuti putaran ke kiri atau ke kanan. Pada peringkat pertama berdikir, gendang yang ditepuk diletakkan diatas lantai di hadapan pedikir, dan pada peringkat kedua diletakkan di atas pangkuan.

    Teknik pemukulan gendang ditepuk dengan menggunakan empat jari. Umumnya dikenal tiga jenis tepukan yaitu tepukan cop, tepukan tung dan jentikan. Setiap gendang gebano memilki ukuran yang berbeda, sehingga kompilasi tepukan menghasilkan nada yang indah.


c. Kayat Pantun

    Kayat pantun merupakan pertunjukan berupa nyanyian berbentuk pantun yang diiringi musik piul (biola) dan gendang. Dimainkan oleh tiga hingga lima orang pemain yang terdiri dari tukang piul, tukang gendang, dan seorang penyanyi. Penyanyi kayat umumnya perempuan, tetapi terdapat juga laki-laki. 

    Pantun kayat didendangkan secara bergantian dengan teknik berbalas pantun. Namun, sering juga dilakukan dengan pola bertingkahan antara sampiran dan isi. Misalnya, seorang penyanyi kayat mendendangkan sampiran, sedangkan isi dilanjutkan oleh tukang kayat yang lain.

    Irama yang sering dimainkan untuk mengiringi kayat pantun adalah Kumbang Putiah Kaki, Angin Malam, Pandang Pulai, Itam Manih, Sarinam, Buaian Tonga Hari, Gonjur Sentak, Cinto Putuih, Pusiang Kapalo, Hujan Paneh, Kutang Barendo, dan Bacorai Kasia.

    Kayat ditampilkan untuk memeriahkan hari-hari besaragama islam, majelis perkawinan, sunat rasul, akikah, masuk suku, penabalan pemimpin adat, ataupun hari besar nasional terutama memperingati kemerdekaan.


d. Calempong Oguong

    Calempong oguang merupakan pergelaran musik instrumental dengan seperangkat alat utama yaitu gong dan calempong. Dimainkan oleh lima orang pemain yang berperan sebagai pengguguh dan peningkah yang memainkan enam buah calempong, gendang peningkah, ketepak dasar dan ketepak bungo, dan oguang (gong). Melodi yang dimainkan pada setiap judul lagu terdiri dari dua baris irama yang dimainkan berulang-ulang.

    Penyebutan calempong oguang diambil dari dua alat utama tradisi ini yaitu calempong dan ogung (gong). Komposisi bunyi dan instrumen yang digunakan tidak memiliki keterkaitan dengan budaya Arab atau melodi dari daratan Asia. Hal ini diyakini tradisi calempong oguang sudah ada sebelum kedatangan agama Islam sekitar abad 7 atau 13 Masehi.


e.Madihin

    Madihin berupa lantunan syair, pantun, atau puisi bebas yang dipertunjukkan oleh seorang atau lebih madihin sambil memainkan gendang gebano. Jika dipertunjukkan oleh dua orang atau lebih pemadihin, maka lirik madihin didendangkan secara berbalas-balasan.

    Madihin berasal dari kata 'madah' yang berarti pesan atau nasihat. Namun, di tengah pendukungnya madihin selalu disebut 'madahan." Penyebut tersebut lama-kelamaan berubah menjadi madihin.

4. Cerita

چریتا

a.Koba

    Koba merupakan pertunjukanceritadilagukanyang dituturkan oleh seorang tukang koba. Cerita koba umumnya berkisah tentang pengembaraan tokoh atau pahlawan-pahlawan rekaan. Sebagian cerita diiringi musik berupa gendang gebano atau bebano yang dibawakan oleh tukang koba sendiri. Alat musik berfungsi sebagai pengatur ritme lagu, dan setiap tukang koba memiliki irama lagu khas masing-masing. Pertunjukan koba diselenggarakan dalam perayaan-perayaan sosial seperti pernikahan, turun mandi dan sunat rasul.

     Pertunjukan koba ditampilkan pada malam hari hingga menjelang subuh. Apabila dalam satu malam cerita yang disajikan belum selesai, maka koba dilanjutkan pada malam berikutnya, sehingga seringkali untuk menamatkan sebuah cerita memerlukan waktu hingga enam malam. Cerita koba yang terkenal misalnya Koba Panglimo Awang, Koba Malin Deman, Koba Gadih Mudo Cik Nginam, Koba Panglimo Dalong, dan Koba Dang Tuanku.

    Koba Panglimo Awang berkisah tentang tiga beradik anak anak raja Negeri Ledong. Ketiga beradik tersebut adalah Panglimo Nayan, Panglimo Awang, dan Panglimo Komih. Ketiganya kemudian berperang melawan Ongku Rajo Sulong, raja perkasa tapi buruk rupa untuk memperebutkan gadis cantik yang bernama Anggun Cik Suri.

    Koba Malin Deman mengisahkan tentang Tuanku Ajo Tuo dan Puti Mayang Sari di Banda (Bandar) Mua yang sudah lama menikah tetapi tidak juga dikaruniai anak. Atas karunia Yang Kuasa, keluarga ini kemudian mempunyai anak yang diberi nama Malin Deman. Pada umur 15 hari diadakan upacara turun mandi, namun apa daya anak tersebut meluncur ke dalam sungai dan hilang. Ajo Mudo yaitu adik Tuanku Ajo Tuo pergi menjala dengan jolo suto (jala sutera), maka ditemukanlah Malin Deman dalam jala tersebut. Malin Deman tumbuh dengan baik dan akhirnya menikah dengan seorang putri dari kayangan.


b.Nyanyi Panjang

    Nyanyi panjang adalah sastra lisan yang disajikan dengan dilagukan atau dinyanyikan. Istilah nyanyi panjang mengandung dua kata yaitu "nyanyi" bermakna bentuk persembahan dan "panjang" bermakna waktu yang diperlukan dalam penyampaian Menamatkan sebuah cerita dalam nyanyi panjang biasanya membutuhkan waktu lebih dari satu malam. Penyaji sastra lisan ini disebut sebagai tukang cerita nyanyi panjang atau tukang nyanyi.

    Lirik nyanyi panjang berbentuk prosa lirik atau prosa berirama seperti puisi tradisional bebas. Setiap baris terdiri dari tiga hingga enam suku kata yang membentuk menjadi empat sampai tujuh kata. Hal ini akan mempermudah tukang cerita menyanyikan cerita. Alur cerita kadang juga diungkapkan melalui pantun.

    Struktur cerita terbagi dalam tiga peristiwa besar yaitu kelahiran (pengenalan), pengembaraan dan penyelesaian. Tokoh utama selalu berwatak kepahlawanan yang memiliki kesaktian luar biasa dan selalu menang dalam peperangan. Setiap isi cerita dipenuhi tunjuk ajar, hukum adat, sedikit kisah percintaan, dan selalu berakhir bahagia.

    Beberapa cerita nyanyi panjang yang terkenl adalah Sutan Paminggei atau Buwung Pedendang, Bujang Si Undang Bujang Si Kubin, Lanang Bisai atau Tunggal Dagang, Bujang Tan Domang, Malim Bungsu, Helang Sopan Sayang Terbuang, Balam Penganjur, Mogek Bimbang, Kerja Intan, Bujang Si Gagak, Gandar Bujang, Bujang Tianang, Landak Gunja, Tuk Lanang Jaya, Pinang Peribut, dan Sialang Pepat.

    Salah satu cerita di dalam nyanyi panjang adalah Bujang Tan Domang. Cerita ini berkisah tentang Raja Alam bertakhta di negeri Tanah Johor. Sang permaisuri, Putri Mayang melahirkan tiga orang anak. Dua putri dan satu putra: Putri Embun Putih, Putri Lindung Bulan, dan seorang putra bernama Bujang Tan Domang, Putra tersebut sangat luar biasa yang digambarkan, "bagai ditiup anak malaikat, bagai dituntun anak bidadari."

    Kelahiran Bujang Tan Domang dirayakan secara besar besaran. Hal ini menyebabkan Raja Garuda yang bersemayam di Lawang Langit tiba-tiba menyerang negeri sambil melahap rakyat Johor. Raja Alam menyembunyikan putra-putrinya, dan kemudian menentang Raja Garuda. Namun, kekuatan mereka tidak sepadan. Raja Garuda menyambar Raja Alam dan permaisuri, serta menerbangkan mereka sampai ke lawang langit.


c. Syair

    Pembacaan syair atau bersyair umumnya dilaksanakan pada majelis perkawinan dan sunat rasul. Syair digemari karena cerita yang menarik dan mengandung berbagai nasihat dan petuah. Sisi lain yang tak kalah penting adalah irama dan gaya pembacanya yang beragam dan mudah dipahami. Isi syair yang dipertunjukkan umumnya berkisah tentang kepahlawanan, sejarah kerajaan, perjalanan hidup seseorang, selain nasihat-nasihat dan ajaran agama. Contoh syair yang sering dipertunjukan adalah Surat Kapal, Selendang Delima atau Siti Zubaidah, dan Syair Perang Siak.

    Pertunjukan syair Surat Kapal menjadi bagian dari tahapan perkawinan Melayu di Inderagiri Hulu terutama Rengat. Syair ini mengisahkan perjalanan kedua mempelai sejak meminang hingga menikah. Kapal yang dimaksud dalam syair adalah simbol perjalanan dalam mengarungi biduk kehidupan yang penuh dengan tantangan berupa ombak dan gelombang. Pembacaan syair dilakukan oleh seorang pembaca syair sekaligus penulis syair tersebut. Syair dibawakan dengan cara didendangkan atau dinyanyikan.


Contoh teks Syair Surat Kapal

 

sebelum berangkat kapalnya kite

juragan memakai pakaian dahulu kale

berkain berbaju berdesto pule

bergelang bercincin bersunting pun ade

 

selesai memakai juragan dubalang

keris diambil disisipkan ke pinggang

pengawalnye ade duelah orang

yang due ini tafianlah cencang

 

hendak berangkat juragan menyembelah

dengan ayahnde bunde semue kiuakge

anaknde berangkat pade hari ini jugelah

doakan selamat yang anaknde cite-cite

 

selesai menyembah juragan kan datang

lalulah turun ke tengah halaman

dikepit mude-mude kiri dan kanan

rebane ditampar dilakukan


C. FUNGSI SENI PERTUNJUKAN

Menurut Edi Sedyawati (2006), seni pertunjukan memiliki beberapa fungsi, yaitu

1) fungsi religius;

2) fungsi edukatif;

3) fungsi peneguhan integrasi sosial;

4) fungsi hiburan, dan

5) fungsiekonomi.


    Fungsi religius seni pertunjukan di antaranya dapat ditemukan pada berbagai jenis dan bentuk seni yang digunakan sebagai sarana dakwah pada agama Islam. Sampai saat ini eni pertunjukan sebagai sarana dakwah terus mengalami perkembangan pesat akibat ditemukannya teknologi komunikasi dan informasi. Seni pertunjukan seperti yang terdapat pada karya sastra digunakan sebagai sarana mendidik generasi berikutnya. Fungsi peneguhan integrasi sosial dapat ditemukan pada adanya tari-tari tertentu yang hanya dapat ditarikan di lingkungan istana untuk memperkokoh struktur sosial mereka. Fungsi hiburan terutama dialamatkan kepada para penikmat seni yang menjadikan seni sebagai sarana untuk bersenang-senang. Fungsi mata pencaharian dikuatkan dengan adanya kelompok kelompok seni yang menjadikan seni pertunjukan sebagai mata pencahariannya.


Sumber:

Jamil, Taufik Ikram, dkk. 2020. Pendidikan Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA kelas XI. Pekanbaru: PT. Narawita Swarna Persada


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BMR - TEKNOLOGI PERKAPALAN

BMR - TUNJUK AJAR MELAYU TENTANG KEPEPMIMPINAN

BMR - MAKANAN TRADISI PADA UPACARA ADAT