BMR - Industri Kreatif Melayu

 Industri Kreatif Melayu

A. Industri Kreatif
    Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Kemendag, 2007: 10). Menurut United Nations Conference on Trade and Development/UNCTAD (2008), industri kreatif dijabarkan sebagai berikut:
a. siklus kreasi, produksi, dan distribusi dari barang dan jasa yang menggunakan modal kreatifitas dan intelektual sebagai input utamanya;
b. bagian dari serangkaian aktivitas berbasis pengetahuan, berfokus pada seni, yang berpotensi mendatangkan pendapatan dari perdagangan dan hak atas kekayaan intelektual;
c. terdiri dari produk-produk yang dapat disentuh dan intelektual yang tidak dapat disentuh atau jasa-jasa artistik dengan muatan kreatif, nilai ekonomis, dan tujuan pasar;
d. bersifat lintas sektor antara seni, jasa, dan industri; dan
e. bagian dari suatu sektor dinamis baru dalam dunia perdagangan.

B. Industri Kreatif Melayu
    Industri kreatif Melayu merujuk kepada kreativitas khas orang-orang Melayu yang bersumber dari kearifan lokal (lokal wisdom) dalam menciptakan produk-produk kreatif berlandaskan budaya Melayu. Industri kreatif Melayu berbasis sumber daya alam dengan bahan baku dari alam atau lingkungan sekitar. Dikerjakan secara tradisional dengan mengandalkan kemahiran (kebiasaan) dan teknologi yang sederhana.

    Secara umum, industri kreatif Melayu mencakup berbagai bidang dan keahlian. Pada pembahasan kali ini, difokuskan kepada bidang perkebunan, perikanan, dan perhutanan.

1. Perkebunan
    Industri kreatif perkebunan merupakan produk kreatif yang bersumber dari hasil perkebunan. Industri ini sebagian masih menghasilkan produk dasar dengan pengolahan yang sederhana. Tetapi, untuk produk-produk tertentu, hasil perkebunan di Riau dikelola secara modern dan menghasilkan produk jadi dan setengah jadi, namun. Produk yang dihasilkan berbahan utama buah-buahan dan pegolahan dari Industri perkebunan Contoh contoh industri kreatif perkebunan misalnya sebagai berikut.

a. Gula Enau dan Sirup Enau
    Gula enau atau gula merah merupakan produk yang dihasilkan dari pemekatan nira enau melalui pemanasan hingga menjadi kental. Proses pemanasan berlangsung beberapa jam sampai kadar air berkurang secara signifikan. Hasil pengeringan kemudian didinginkan ke dalam cetakan sehingga mengeras. Gula aren yang sering ditemukan di pasar tradisional berwarna cokelat tua berbentuk bulat cembung atau bulat silinder.

    Proses membuat gula enau dan sirup enau tidak jauh berbeda. Hasil menyadap nira dimasukan ke dalam kuali dengan panas tertentu hingga bahan menjadi kental. Bila membuat sirup aren, pemanasan berlangsung hingga volume nira tinggal seperlima. Jika bertujuan membuat gula enau, pemanasan berlangsung volume nira berkurang hingga sepersepuluh. Cairan kental hasil pemanasan dimasukan ke dalam cetakan berupa batok kelapa untuk membuat bulat cembung atau dimasukan ke dalam bambu untuk membentuk bulat silinder.

b. Gula Tebu
    Pada masa lalu, penggilingan tebu menjadi gula tebu hampir ditemukan di berbagai daerah di Riau. Namun, saat ini tidak ditemukan lagi. Penggilingan tebu pada masa itu dilakukan secara tradisional dengan menggunakan tenaga hewan ternak seperti kuda, kerbau, dan sapi. Gula yang dihasilkan berwarna kecokelatan menyerupai gula enau.

    Membuat gula tebu secara tradisional dilakukan dengan memeras air tebu menggunakan peralatan penggiling tebu. Mata hewan ditutup menggunakan tempurung kelapa yang bertujuan agar patuh sehingga terus berjalan dan berputar. Di pundak hewan tersebut dipasang sebuah kayu yang dihubungkan ke penggiling tebu. Di bawah penggiling diletakkan sebuah wadah untuk menampung air tebu. Hasil penggilingan dimasak hingga mengental, kemudian dicetak menggunakan cetakan kayu dan didiamkan hingga mengeras.

C. Bubuk Kopi
    Kopi di alam Melayu umumnya ditanam di pekarangan rumah dan jarang dikembangkan dengan perkebunan kopi. Kopi bubuk dihasilkan dengan pengolahan secara tradisional. Pekerjaan ini dimulai dengan memetik buah kopi, penyortiran, pengupasan kulit, penjemuran, penggorengan, hingga penggilingan biji kopi sehingga menghasilkan bubuk kopi.

    Pemetikan buah kopi dilakukan pada buah kopi yang sudah cukup masak yang ditandai dengan merah tua, tekstur terasa empuk, dan aroma kopi sudah mulai terasa. Tanaman kopi akan menghasilkan buah pada akhir musim kemarau di sekitar bulan September sampai Oktober.

d.Bubur Pulut Hitam
    Membuat bubur pulut hitam dimulai dengan memasak beras pulut hitam hingga mendidih. Kemudian ditambahkan santan dan gula merah. Untuk pengharum, dimasukan beberapa lembar daun pandan wangi. Setelah masak, bubur dihidangkan dengan kuah santan kelapa kental yang diberi sedikit garam.

2. Perikanan
    Industri kreatif perikanan umumnya berupa pengolahan ikan dalam bentuk masakan maupun pengawetan. Kreativitas bidang ini menghasilkan beragam jenis kuliner dengan teknik dan cara pemasakan yang variatif. Saat ini, beberapa rumah makan yang menyajikan khas masakan Melayu telah ada di berbagai kota di Riau.

a.Ikan Salai
    Jenis ikan yang di salai pada umumnya berupa selais, limbat, patin, baung, dan ikan bada. Penyalaian dilakukan dengan pengasapan di atas bara api hingga ikan menjadi kering. Ikan yang telah disalai akan menjadi tahan untuk di simpan dalam waktu yang lama.

b. Belacan
    Daerah penghasil belacan di Riau umumnya berada di pesisir atau kepulauan seperti Bagansiapiapi dan Bengkalis. Belacan dibuat dari udang dan ikan-ikan kecil yang direbus kemudian dijemur. Setelah kering, udang dan ikan digiling halus lalu diperam untuk beberapa minggu. Belacan umumnya berwarna merah muda, namun ada juga yang berwarna merah tua, keunguan, atau kehitam-hitaman. Belacan dari Bagansiapiapi pernah menjadi komoditas ekspor hingga ke India Barat sekitar abad ke-18.

C. Gulai Patin
    Membuat gulai patin membutuhkan beberapa bahan seperti cabe kering, bawang merah, bawang putih, kunyit, belacan, air asam jawa, garam dan penyedap rasa secukupnya, serta daun kari atau daun kesum. Ikan disiang dan dibersihkan. Semua bumbu dihaluskan kemudian ditumis dengan minyak goreng secukupnya. Setelah harum, masukkan air asam. Setelah mendidih masukan ikan, daun kari atau daun kesum, garam dan penyedap rasa. Bila telah mendidik angkat dan siap dihidangkan. Selain tubuh dan dagingnya, kepala ikan juga sangat diminati untuk dimasak gulai, misalnya gulai kepala ikan bulat dan gulai kepala ikan kakap merah.

d. Gulai Asam Pedas
    Jenis ikan yang sering dijadikan gulai asam pedas adalah patin. Gulai ini dibuat dengan menggunakan bumbu-bumbu seperti kunyit, asam, jahe, daun jeruk purut, dan beberapa bumbu lainnya. Membuat gulai asam pedas dengan terlebih dahulu membersihkan ikan dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Bumbu-bumbu digiling halus kemudian ditumis dengan menambahkan minyak goreng. Air ditambahkan secukupnya. Setelah agak mendidih, ikan dimasukan, dan ditambahkan garam dan beberapa lembar daun jeruk purut.

e. Pais
    Membuat pais ikan memerlukan daun kunyit dan beberapa bumbu berupa cabai merah, bawang merah, asam, bawang putih, rempah kari, dan sedikit garam. Semua bumbu digiling halus kemudian dicampurkan dengan ikan yang akan dijadikan pais. Hasil pencampuran dibungkus dengan daun kunyit kemudian dikukus hingga masak.

PERHUTANAN
    Hasil hutan yang menjadi industri kreatif tradisional Melayu umumnya berupa anyaman yang dibuat dari daun pandan, daun kelapa, daun enau, bambu, rotan, manau, dan akar-akaran. Peralatan tersebut digunakan untuk berbagai keperluan rumah tangga, makanan, alat-alat pertanian, dan peralatan penangkap ikan. Peralatan rumah tangga dan makanan dikerjakan oleh kaum perempuan, sedangkan alat-alat pertanian dan penangkap ikan oleh laki-laki.

    Peralatan rumah tangga yang dihasilkan dari hasil hutan berupa anyaman pandan seperti tikar pandan, bakul, kembut, perikat, dan kempit. Makanan menghasilkan penganan periuk beruk dan asam kelubi. Peralatan pertanian berupa beliung, sedangkan peralatan penangkap ikan seperti lukah dan bubu.

a. Anyaman Pandan
    Keterampilan menganyam diwariskan secara lisan sehingga bentuk dan jalinan cenderung tidak berubah. Hasil menganyam tidak hanya memenuhi nilai fungsional, tetapi juga dihiasi dengan motif yang mengandung nilai-nilai. Motif yang sering digunakan adalah motif lipat atau lepih, motif gigi hiu, motif garis putus, motif tepi bangke, motif belah ketupat, motif tulang belut, motif kotak-kotak, motif pedang-pedang, dan motif insang pari.

1) Tikar Pandan
    Tikar pandan biasanya dibuat dari pandan jenis rumbai atau mengkuang. Memiliki beberapa bentuk dan ukuran berdasarkan kegunaannya, misalnya tikar untuk tempat duduk, tikar alas tidur, tikar untuk sajadah, tikar untuk anak, dan lain sebagainya. Beberapa jenis tikar dihiasi dengan motif dan warna tertentu.

    Pandan sebelum dianyam menjadi tikar, terlebih dahulu dibelah-belah kemudian di jemur hingga kering. Untuk tikar yang dihiasi motif warna tertentu, beberapa helai diberi pewarna. Di dalam menjalin tikar, dikenal beberapa teknik menganyam yang sering digunakan oleh masyarakat.

2) Perikat
    Perikat dibuat dari anyaman daun pandan jenis mengkuang yang dijalin sehingga membentuk keranjang seperti silinder. Pada bagian atas diberi rotan dan telinga untuk menguatkan kerangka dan mengikatkan tali perikat. Perikat memiliki lebih kecil dari kembut yang memiliki ukuran sekitar 65-70 cm dan tinggi lebih kurang 80 cm. Digunakan untuk membawa hasil pertanian semisal kopi, pinang, padi, atau membawa perbekalan pertanian seperti nasi, air minum, dan lain sebagainya. Perikat juga digunakan saat menuai padi yang sebelum dikumpulkan di dalam kembut atau goni.

3) Kembut
    Kembut hampir sama dengan perikat, tetapi lebih besar dan dibuat dari pandan jenis rumbai. Pandan ini lebih tebal sehingga mampu menahan beban yang agak berat. Kembut umumnya digunakan untuk mengangkut hasil pertanian seperti padi.

4) Bakul
    Bakul menyerupai perikat tetapi dibuat lebih kecil dan umumnya tidak menggunakan rotan untuk menguatkan bagian mulut. Sebagian diberi tutup pada bagian atas. Fungsi bakul untuk membawa beberapa barang harian misalnya sirih, tembakau ataupun untuk membawa beberapa canting beras untuk melayat. Bentuk bakul di antaranya bulat lonjong, bulat persegi, dan ada juga yang dibuat bertingkat. Beberapa jenis bakul juga ada yang dibuat dari anyaman buluh dan rotan.

5) Kajang
    Kajang dibuat dari anyaman pandan jenis mengkuang yangsering digunakan untuk membuat atap, sehingga sering disebut atap kajang. Atap ini digunakan pada perahu atau dangau dangau, dan juga sebagai dinding sensudung di ladang.

b. Peralatan Perikanan
    Sebagian peralatan penangkap ikan dibuat dari bahan-bahan yang bersumber langsung dari alam. Pemanfaatan hasil alam tidak saja bertujuan secara ekomonis, tetapi juga dimaksudkan supaya tidak merusak alam itu sendiri. Bahan-bahan yang sering digunakan adalah rotan, akar, buluh, dan kayu yang digunakan untuk membuat lukah, bubu, tengkalak, dan tangguk.

1) Lukah
    Bahan utama pembuatan lukah adalah buluh dan rotan. Buluh dibelah-belah panjang kemudian di raut, lalu dijalin dengan rotan. Bentuk umum lukah bulat panjang seperti tabung silinder tetapi ada juga yang dibuat persegi empat. Pada badan lukah disertai injap yang berfungsi untuk mengunci ikan sehingga tidak bisa keluar. Lukah terdiri dari beberapa bagian yaitu mulut, injap, badan, dan pintu lukah yang berguna untuk mengambil ikan yang tertangkap di dalam lukah. Beberapa jenis lukah dinamai berdasarkan bentuk dan kegunaan. Misalnya lukah batang, lukah guling, lukah lipat, lukah duduk, dan lain sebagainya.

2) Bubu
    Pada dasarnya bubu merupakan salah satu jenis lukah, tatapi dibuat dengan ukuran yang begitu besar. Bubu dipasang di sungai dengan mulut menghadap ke hilir. Ikan hasil tangkapan bubu berjenis ikan besar seperti tapa, ikan lemak, belida, dan patin.

C. Makanan dan Minuman
    Pemanfaatan hasil hutan untuk membuat makanan dan minuman bisa dilakukan tanpa pengolahan ataupun melalui pengolahan secara sederhana. Beberapa hasil hutan tersebut semisal madu lebah, madu semut, asam kelubi, beruk-beruk atau periuk beruk, asam-asaman, ataupun buah-buahan seperti tampui dan

    Madu selain bisa diminum secara langsung, juga sering dijadikan sebagai campuran untuk membuat makanan. Kelubi bisa dijadikan sebagai asam atau minuman. Beruk-beruk dijadikan sebagai pembungkus godok, dan buah-buahan dapat dimanfaatkan secara langsung ataupun diolah secara sederhana.

1) Beruk-beruk
    Beruk-beruk merupakan makanan ringan sejenis godok berbahan pisang yang dimasukan di dalam tumbuhan beruk-beruk atau kantong semar. Pisang yang telah dikupas diremas-remas hingga hancur kemudian diberi gula, sedikit garam, dan kelapa. Hasil campuran penggodokan dimasukan ke dalam beruk-beruk lalu di rebus hingga matang.

2) Kelubi
    Pohon kelubi menyerupai pohon salak yang tumbuh secara liar di kawasan yang berawa. Rasa buah sangat asam sehingga sering dijadikan sebagai asam pada masakan. Selain itu, buah kelubi juga bisa dibuat minuman yang memiliki rasa khas kelubi.

C. PENGOLAHAN PANGANAN
    Secara tradisional, pengolahan makanan Melayu menggunakan rempah-rempah yang mudah temukan di lingkungan sekitar. Rempah yang umum digunakan misalnya kunyit, jahe, lengkuas, ketumbar, jintan, buah pala, bunga cengkeh, lada hitam, kulit kayu manis, dan bawang. Penggunakan rempah dengan tumbuk halus sebelum dimasak, kemudian disertakan bahan-bahan utama yang dimasak bersamaan dengan bumbu-bumbu tersebut. Dalam pengawetan makanan, bahan pengawet utama adalah garam selain gula atau cuka. Pengawetan biasanya dilakukan dengan teknik yang sederhana namun mampu menjadikan makanan lebih tahan lama dan tidak menghilangkan kandungan gizi. Teknik yang umum digunakan adalah dijemur, disalai, disangai, diperam, atau direndam dengan garam atau gula.

    Makanan yang diawetkan berguna sebagai simpanan pada masa yang akan datang.
Makanan yang diawetkan terdiri dari berbagai jenis bahan makanan, misalnya ikan dan udang yang dicampur garam kemudian dijemur hingga kering. Ikan juga sering diawetkan dengan disalai atau disangai sehingga menjadi ikan salai. Ikan juga bisa diperam dengan garam sehingga menjadi pekasam. Ikan bilis diperam dengan garam untuk dijadikan budu. Udang geragau diproses menjadi belacan dan diperam menjadi cencaluk. Sementara berbagai jenis daging semisal daging lembu, kerbau, rusa, kancil, napuh, kijang dikeringkan sehingga menjadi dendeng.

    Selain teknik pengawetan, terdapat juga teknik pengolahan bahan makanan yang umum digunakan misalnya bakar, panggang, salai, ubuk, celur, goreng, gulai, kukus, dan rebus.

    Bakar, Panggang, dan Salai. Teknik memasak makanan dengan membakar dilakukan dengan meletakan bahan makanan langsung di atas bara api, panggang dilakukan dengan memberikan jarak antara bahan makanan dengan bara api, sedangkan teknik menyalai dilakukan dengan mendiangkan makanan dari api yang menyala atau jaraknya lebih jauh dari cara panggang.

    Membakar makanan dapat juga di dalam ketuhar, atau di dalam periuk dengan bara api di atas atau di bawah periuk tersebut. Makanan yang dibakar misalnya lauk-pauk seperti ayam, itik dan ikan, serta kue- mueh seperti bingka, baulu dan kue bangkit. Saat membakar, tingkat kepanasan perlu diawasi agar makanan tidak menjadi hangus.

    Ubuk. Memasak makanan dengan teknik ubuk dilakukan dengan cara meletakan bahan makanan di dalam bara atau abu hangat. Cara ini dapat dilakukan di dapur kayu yang menggunakan kayu api sebagai bahan pembakar. Makanan yang diubuk biasanya berupa buah-buahan atau sayuran yang berkulit seperti pisang, kentang, keledek, jagung, dan terung. Makanan diubuk memiliki tingkat kematangan yang baik tanpa merusak kulit buah-buahan seperti halnya pada bakar dan panggang. Namun, waktu yang diperlukan lebih lama.

    Celur. Teknik mencelur dilakukan dengan cara memasak makanan pada air panas atau air sedang menggelegak dalam waktu yang singkat. Bahan makanan yang umumnya dicelur adalah sayur-sayuran yang bisa dijadikan ulam, misalnya daun ubi, petai, jantung pisang, kangkung, bunga betik, pucuk turi, terung, dan kacang panjang. Memasak makanan dengan mencelur sangat baik karena tidak mengurangi gizi dari makanan.

    Kukus. Pengukusan dilakukan dengan menggunakan uap air yang mendidih, misalnya pada saat memasak air atau nasi. Makanan yang dikukus adalah roti, sayuran-sayuaran, pulut, kerupuk ubi, dan kue-mueh seperti lepat dan apam. Pada saat mengukus, air dalam wadah kukus harus dijaga agar tidak menjadi kering. Selain itu, tudung pengukus tidak boleh terlalu sering dibuka karena akan menyebabkan uap keluar dan makanan menjadi lebih lambat masak.

    Rebus. Merebus dilakukan dengan cara memasukan makanan ke dalam air yang mendidih, misalnya dalam periuk atau belanga Makanan yang direbus berupa sayur-sayuran, ikan, pindang, singgang, asam pedas, kuah laksa, dan masak bening.

    Memasak dengan merebus dianggap cara yang paling sederhana. Sehingga, orang Melayu dengan rendah hati selalu mengatakan masakan yang tersedia di rumahnya hanya 'rebus rebus' saja. Hal demikian menggambarkan kerendahan hati sebagai suatu elemen yang dikagumi dalam budaya Melayu.

Mengolah Nira Menjadi Gula Enau
    Gula enau atau gula merah dibuat dari pemekatan nira yang diambil dari pohon enau (aren). Nira yang dihasilkan didapat dari penyadapan tongkol bunga jantan, sedangkan penyadapan pada tongkol betina jarang dilakukan karena menghasilkan kualitas yang kurang baik.

    Pada saat pertama menyadap, air nira yang dihasilkan pohon enau tidak terlalu banyak. Namun, seiring intensitas penyadapan, pertumbuhan air nira pada tongkol akan semakin meningkat. Setiap tongkol bunga jantan bisa disadap sekitar 3-4 bulan yang menghasilkan sekitar 4-5 liter nira. Setiap pohon terdapat beberapa tongkol bunga jantan. Gula enau banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kecap manis, gelamai, pemanis bubur kacang hijau, dan lain sebagainya.

Proses pembuatan gula enau dilakukan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Menyadap Nira
    Penyadapan nira bisa dilakukan 2 kali dalam sehari pada pagi dan sore. Nira yang telah disadap pada sore dapat diambil pada pagi hari berikutnya. Setiap pergantian buluh penampung, ujung tandan diiris kembali agar pembuluh kapiler kembali terbuka. Langkah-langkah penyadapan nira dilakukan sebagai berikut:

1. Pembersihan tandan. Bersihkan tandan bunga dari ijuk dan buang tandan yang terdapat di sekitar bunga tandan. Pembersihan bertujuan uk memudahkan dalam melakukan penyadapan.

2. Pemecahan pembuluh tandan. Pemecahan pembuluh tandan dilakukan dengan mengayun-ayunkan dan memukul-mukul tandan secara pelan dan lembut. Pemukulan dilakukan dengan kayu tidak melukai tandan. Teknik ini bertujuan untuk membantu air nira mengalir keluar dari pembuluh kapiler. Pengayunan dan pemukulan dilakukan secara berulang-ulang selama kurang lebih tiga minggu dengan rentang waktu dua hari. Untuk mengetahui apakah tandan telah mengeluarkan nira atau belum, maka bisa dilakukan dengan melukai kecil tandan kemudian diayun kembali agar nira keluar. Jika torehan telah mengeluarkan nira maka tanaman aren sudah siap disadap.

3. Pemotongan tandan. Penyadapan dilakukan dengan pemotongan ujung tandan kemudian ditampung dengan bambu khusus yang di letakkan di ujung bekas pemotongan.

2. Membuat Gula Enau

1. Penyaringan. Saring nira hasil penyadapan kemudian masukan ke dalam wadah yang telah disiapkan;

2. Pemasakan. Masak nira dengan suhu yang konstan dan stabil. Pembakaran yang baik adalah menggunakan bahan bakar dari kayu. Menggunakan kayu memberikan cita rasa yang khas pada gula enau. Lama waktu pemasakan berdasarkan seberapa banyak nira yang dimasak;

3. Penambahan bahan lain. Tambahkan sedikit santan dan minyak goreng. Penambahan bahan ini dimaksudkan agar proses pengentalan gula menjadi lebih cepat. Santan dan minyak goreng ditambahkan sekitar 15 menit sebelum gula masak;

4. Pengadukan. Aduk gula enau cair sebelum terjadi pengentalan. Pengadukan dilakukan dengan cepat dengan arah memutar;

5. Pencetakan. Masukan cairan gula ke dalam cetakan dari tempurung kelapa atau buluh bambu. Ciri khas gula yang telah siap untuk dicetak berbentuk kental dan berwarna kemerahan;

6. Pendinginan. Dinginkan gula enau sekitar 15 menit sehingga benar-benar padat dan beku. Gula kemudian siap untuk dikeluarkan dari cetakan;

7. Pembukusan. Bungkus setiap keping gula enau sebelum disimpan dengan kerisik agar gula tidak menyatu antara satu dengan lainnya

Sumber:

Jamil, Taufik Ikram, dkk. 2020. Pendidikan Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA kelas XI. Pekanbaru: PT. Narawita Swarna Persada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

BMR - TEKNOLOGI PERKAPALAN

BMR - TUNJUK AJAR MELAYU TENTANG KEPEPMIMPINAN

BMR - MAKANAN TRADISI PADA UPACARA ADAT