BMR - TUNJUK AJAR MELAYU TENTANG KEPEPMIMPINAN
TUNJUK AJAR MELAYU TENTANG KEPEPMIMPINAN
A. PENGERTIAN
Secara harfiah, tunjuk ajar bermakna petunjuk yang diajarkan atau petunjuk yang disampaikan. Tunjuk ajar merupakan pernyataan dalam bahasa khas, yang mewujud dalam petuah, nasehat, amanah, petunjuk, pengajaran dan suri teladan untuk mengarahkan manusia kepada kehidupan yang benar dan baik. Dalam pengertian keagamaan, membawa manusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia dan akhirat (Tenas Effendy, 2013). Tunjuk ajar Melayu (TAM) yang disusun Tenas Effendy menjelaskan tunuk ajar sebagai berikut:
yang disebut tunjuk ajar dari yang tua,
petunjuknya mengandung tuah
pengajar annya berisi marwah
petuah berisi berkah
amanahnya berisi hikmah
nasehatnya berisi manfaat
pesannya berisi iman
kajinya mengandung budi
contohnya pada yang senonoh
teladannya di jalan Tuhan
Pemberi petunjuk tentulah orang tua-tua dan yang menerima adalah yang muda. Tua dan muda tidak saja dilihat dari usia, tetapi juga pengalaman, ilmu, dan kematangan berpikir. Lazimnya pemberi petunjuk yang disebut orang tua-tua tersebut adalah orang patut dan orang yang dihormati, yang menjadi panutan dan suri tauladan, tempat bertanya, pelindung, penunjuk jalan, serta mampu menyelesaikan yang kusut dan menjernihkan yang keruh, baik dalam agama, adat, ataupun pemerintahan. Ia mempunyai kearifan bertindak dalam menyelesaikan masalah, dan ketajaman berfikir dalam menemukan gagasan dan ide. Petuah nasihatnya selalu didengar dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan yang dihadapi oleh anggota masyarakat.
petuah membawa berkah
amanah membawa tuah
yang disebut tunjuk ajar,
tunjuk menjadi telaga budi
ajar menjadi suluh hati
yang disebut tunjuk ajar
menunjuk kepada yang elok
mengajar kepada yang benar
yang disebut tunjuk ajar
yang dikatakan tunjuk ajar dari yang tua
memberi manfaat bagi manusia
yang disebut tunjuk ajar
dari yang tua
petunjuk mengandung tuah
pengajarannya berisi marwah petuahnya berisi berkah
amanahnya berisi hikmah
nasihatnya berisi manfaat
pesannya berisi iman
kajiannya mengandung budi
contohnya pada yang senonoh
tauladannya dijalan Tuhan
Kandungan atau isi merangkum nilai-nilai luhur yang berpaksi pada ajaran Islam, norma-norma sosial, serta tafsir budaya yang disimpul-simpai melalui interaksi intensif manusia Melayu dengan lingkungan luasnya. Penyebaran dan pewarisan terjadi dalam dua hal yakni lisan-verbal dan suri teladan, baik di ruang personal maupun komunal, domestik maupun publik. Penyebaran dan pewarisan melalui suri-teladan dilakukan dengan perbuatan, tindakan, dan perilaku dalam perjalanan dan penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari. Sedangkan penyebaran dan pewarisan menggunakan bahasa dilakukan melalui peristiwa peristiwa lisan sehari-hari misalnya nasihat orang tua dan orang tua-tua kepada anak-kemenakannya, maupun peristiwa lisan yang maujud dalam berbagai genre seni bahasa dan upacara misalnya penceritaan dongeng, dendang syair dan pantun ibu yang menidurkan anaknya, seni-seni lisan, serta upacara-upacara adat dan siklus kehidupan (Al azhar, 2010).
B. KEPEMIMPINAN
Secara harifiah, pimpin bermakna bimbing atau tuntun. Kepemimpinan bermakna perihal pemimpin dan/atau cara memimpin. Dalam pengertian umum, kepemimpinan adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (direct), membimbing(guide), memengaruhi (influence) atau mengontrol (control) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain. Ilmu diperlukan sebagai bekal untuk memimpin, sedangkan seni diperlukan untuk menerapkan ilmu tersebut sehingga pemimpin dapat berjalan dalam nuansa yang sejuk dan simpatik. (Taufik Ikram Jamil dkk, 2018).
Raja Ali Haji dalam karyanya "Tsamaratal-Muhimmah" (1858) menjelaskan, kepemimpinan merupakan konsep tritunggal Melayu-Islam: khalifah-sultan-imam. Makna simbolik 'khalifah' adalah kewajiban mendirikan agama berdasarkan Alquran, sunah nabi, dan ijmak. Pemimpin sebagai 'sultan' bermakna kewajiban menegakkan hukum secara adil berdasarkan pedoman Allah dan rasul-Nya. Dalam kandungan makna 'imam', pemimpin harus berada paling depan di dalam situasi apa pun, sehingga menjadi ikutan semua orang di bawah kepemimpinannya. Dengan demikian, siapa pun yang mengindahkan dan menerapkan ketiga syarat kepemimpinan, maka akan mendapat hidayah dan inayah Allah dalam kepemimpinannya.
Seorang pemimpin tidak boleh mengajukan diri untuk menjadi memimpin. Ia harus ditunjuk dan dipilih oleh masyarakat yang akan dipimpinnya. Pada saat menjadi pemimpin, ia juga tidak boleh meminta diagungkan ataupun dipuja. Dalam pepatah Melayu, seorang pemimpin hanya didahulukan selangkah, ditinggikan seranting, dan dilebihkan sebenang.
Sebelum Indonesia berdiri, sistem kepemimpinan di Riau dapat dibagi dalam 3 bentuk yaitu kerajaan, kedatuan, dan perbatinan. Sistem kerajaan berlaku dalam wilayah-wilayah kerajaan seperti Melaka, Siak, Pelalawan, Rokan IV Koto, Gunung Sahilan, dan Inderagiri. Kedatuan pada masyarakat adat seperti Rantau Kuantan, Petalangan, Tiga Lorong, sebagian wilayah Kampar. Sedangkan perbatian pada masyarakat suku asli seperti Talang Mamak, Bonai, Sakai, Akit, dan Duonu. Rentang masa kepemimpinan berdasarkan keterpengaruhan wilayah tersebut dengan kerajaan yang berkuasa. Misalnya, pada suatu waktu wilayah Bengkalis berada dalam kekuasaan Malaka, sedangkan pada masa yang lain berada di bawah kekuasaan Johor ataupun Siak. Wilayah Rantau Kuantan pernah berada di bawah kerajaan Kandis dan Koto Alang, sedangkan pada masa berikutnya menganut sistem kedatuan yang dipimpin oleh Orang Godang atau Datuk Bisai.
a. Kerajaan dan Kesultanan
Kerajaan ataupun kesultanan menempatkan raja atau sultan sebagai pemimpin tertinggi dalam suatu negeri. Raja dan sultan diangkat dari garis keturunan raja-raja terutama keturunan langsung dari raja yang berkuasa. Dalam melaksanakan pemerintahan, raja atau sultan dibantu oleh pembesar-pembesar kerajaan.
Pada Kesultanan Siak, sistem pemerintahan dirumuskan oleh Sultan Abdul Jalil Rakhmat Syah. Sistem ini mengatur bahwa sultan memiliki Dewan Kesultanan sebagai pembantu sekaligus penasihat sultan. Dewan Kesultanan terdiri dari Datuk Tanah Datar, Datuk Lima Puluh, Datuk Pesisir, dan Datuk Kampar. Selain keempat datuk tersebut, terdapat pula datuk lainnya yaitu Datuk Bintara Kanan dan Bintara Kiri yang bertugas dalam pengaturan tata pemerintahan, hukum dan undang-undang kesultanan, Datuk Laksmana bertugas mengatur kelautan, dan panglima untuk mengatur wilayah daratan.
Pemerintahan daerah-daerah diatur dan dipimpin oleh para kepala suku yang mempunyai gelar penghulu, orang kaya, dan batin. Ketiga jabatan tersebut tingkatannya sama, hanya saja bagi Penghulu mereka tidak memiliki hutan tanah (tanah ulayat). Penghulu juga memiliki pembantu, yaitu: Sangko Penghulu (wakil penghulu), Malim Penghulu (pembantu urusan agama), dan Lelo Penghulu (pembantu urusan adat). Sedangkan Batin dan Orang Kaya adalah orang yang mengepalai suku asli misalnya Perbatinan Sakai, yang diwariskan secara turuntemurun. Batin memiliki hutan tanah (tanah ulayat). Di dalam bertugas, batin dibantu oleh: Tongkat (pembantu dalam urusan yang menyangkut kewajiban kewajiban terhadap sultan), Monti (pembantu urusan adat), dan Antan-antan (pembantu yang dapat mewakilkan seorang Tongkat atau Monti jika keduanya sedang berhalangan).
Pada wilayah Kerajaan Gunung Sahilan, terdapat khalifah yang memimpin wilayah kekhalifanan yang sekaligus sebagai wakil raja di daerah. Khalifah bertugas membantu raja dalam menyelesaikan masalah-masalah tertentu, terutama yang berkaitan dengan agama dan adat. Khalifah tidak berhak mencampuri urusan dalam negeri yang berada di bawah pengawasannya secara langsung tanpa persetujuan Dewan Menteri.
b. Kedatuan
Sistem kedatuan pada dasarnya negara yang bersifat federasi yang mana seorang datuk yang menguasai atau memimpin suatu wilayah berdaulat bersepakat secara bersama-sama untuk membentuk suatu negeri serikat. Dalam menjalankan suatu roda pemerintah, para datuk akan memilih salah seorang sebagai pemimpin mereka.
Salah satu contoh kedatuan adalah Kedatuan Muara Takus. Para datuk yang berkuasa pada wilayah-wilayah dalam kekuasaan Muara Takus membentuk suatu pemerintaha federasi yang dipimpin oleh seorang datuk yang digelar Datuk Rajo Ninik Dubalai. Pusat pemerintah kedatuan ini berada di Motangkui atau Muara Takus saat ini.
c. Perbatinan
Kepemimpinan batin dianggap sebagai kepemimpinan purba yang telah ada sebelum kerajaan-kerajaan berdiri di Riau. Pada masa kerajaan, batin-batin mengaku setia dengan kerajaan kerajaan yang menaungi wilayahnya. Batin-batin yang berada di Bengkalis dan Sakai misalnya menyatakan kesetian mereka kepada Kerajaan Melaka dan Kerajaan Siak, sedangkan Batin Talang Mamak menyatakan kesetiaan mereka kepada Kerajaan Inderagiri.
Pada masyarakat Talang Mamak, selain batin juga terdapat keberadaan seorang patih yang menjadi pemimpim adat tertinggi. Patih dianggap sebagai penyusun adat yang mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting. Namun saat ini, posisi patih semakin kehilangan legitimasi, yang akhirnya digantikan oleh batin.
Setiap petalangan (kampung) Talang Mamak mempunyai perangkat pemerintahan yang terdiri dari Batin (Penghulu), Mangku atau Pemangku, Munti, Penghulu Muda dan orang tua-tua. Kekuasaan Batin selain berfungsi sebagai penjabat menjalankan pemerintahan, juga sebagi hakim yang memutuskan sesuatu perkara yang terjadi di lingkungan perkampungannya. Namun, perkara yang dapat diadilinya terbatas hanya perkara dengan hukuman berupa denda misalnya denda seekor kambing atau ayam dua ekor, beras, atau emas.
Pada masa lalu, struktur masyarakat Talang Mamak bisa dilihat sebagai berikut:
a) Sultan Kerajaan Inderagiri, mengatur dan memelihara hukum dalam kerajaan;
b) patih, berkedudukan sebagai menteri khusus yang mengatur Suku Talang Mamak. Patih mengatur masyarakat Talang Mamak dengan ketentuan adatnya.
c) batin, pelaksana pemerintahan;
d) monti, pembantu batin yang mengatur dan menyelesaikan berbagai masalah adat;
e) dubalang, pembantu batin dalam menjalankan sanksi atau denda adat;
f) pengulu, pembantu yang menerima pengaduan dan menjalankan keputusan adat yang ditetapkan oleh batin dan monti; dan
d) monti, pembantu batin yang mengatur dan menyelesaikan berbagai masalah adat;
e) dubalang, pembantu batin dalam menjalankan sanksi atau denda adat;
f) pengulu, pembantu yang menerima pengaduan dan menjalankan keputusan adat yang ditetapkan oleh batin dan monti; dan
g) dukun atau bomo yang bertugas sebagai tenaga kesehatan dan pelaksaaan ritual dan upacara.
C. SIFAT-SIFAT PEMIMPIN
Di dalam "Pemimpin dalam Ungkapan Melayu" karya Tenas Effendy (2014), terdapat 55 karakter kepemimpinan yang mesti dimiliki seorang pemimpin. Kelima puluh lima karakter tersebut dapat dikelompokkan pada empat karakter utama, yaitu amanah, bijaksana atau cerdas, menyampaikan, dan jujur.
1. Amanah
Amanah merupakan kepercayaan yang menjadikan seseorang untuk memelihara dan menjaga sebaik-baiknya hal yang diamanahkan kepadanya, tidak saja dari orang-orang yang dipimpinnya, tetapi juga kepada Allah Swt.
Di dalam sifat amanah, terkandung karakter pemimimpin amal, pemimpin asin, dan pemimpin asuh.
a. Pemimpin Amal
Budinya banyak menjadi bekal
Kerjanya elok manfaatnya kekal (Effendy, 2014:64)
Pemimpin Amal memiliki perilaku yang baik sehingga menjadi modal utama dalam suatu kepemimpinan yang dapat dipercaya oleh masyarakat. Di dalam diri seorang pemimpin yang melaksanakan tugas atau kewajibannya dengan sepenuh hati. Budaya Melayu hakikatnya mengutamakan kerja yang nyata yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam. Pemimpin bersungguh-sungguh dalam mengabdikan diri untuk kepentingan masyarakat. Sikap kerja keras bentuk dari rasa tanggung jawab yang menekankan pada keseriusan seorang pemimpin yang mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa, negara, dan agama.
b. Pemimpin Asin
Menjadi pemimpin lidahnya masin
Cakap berisi tak main-main
Budinya mulia orang pun ingin
Hati panas kepalanya dingin
Bekerja keras tahan berlenjin (Effendy, 2014: 82)
Pemimpin selalu mengatakan yang sebenarnya tanpa menutup-nutupi atau berusaha terlihat baik. Pemimpin selalu membuktikan perkataannya dengan perbuatan yang nyata. Selain itu, pemimpin juga memiliki perilaku yang terpuji sehingga masyarakat yang dipimpin menjadikannya sebagai contoh. Di dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin, juga memiliki sikap yang tenang dalam menghadapi suatu permasalahan.
Seorang pemimpin harus melaksanakan tugas atau kewajibannya dengan sepenuh hati. Bekerja keras yang mengutamakan untuk kepentingan khalayak banyak. Memberikan segala pemikiran untuk mencapai keberhasilan di dalam suatu pembangunan.
c. Pemimpin Asuh
Negeri dijaga rakyat diasuh
Iman tebal dada pun penuh
Menjalankan tugas ia bersungguh
Memikul beban pantang mengeluh (Effendy, 2014:82)
Pemimpin asuh mengutamakan kepentingan negeri dan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Menjalankan tugas sebagai suatu amanah yang harus dikerajakan dengan sebaik baiknya. Rela berkorban dan arif dalam bertindak.
2. Jujur
Sifat jujur dapat dilihat dari kelurusan hati. Tolak ukurnya terdapat pada kesesuaian perilaku dan perkataan dapat dipercaya. Kejujuran merupakan keberanian mengakui sebuah kenyataan apa adanya. Sikap jujur berarti selalu melandaskan ucapan, keyakinan, serta perbuatan berdasarkan ajaran Islam.
Di dalam pemimpin jujur terkandung karakter amal, pemimpin jantan, dan pemimpin jujur
a. Pemimpin Amal
Hidupnya lurus, makannya halal
Orang sayang, nama terkenal (Effendy, 2014: 64)
Seorang pemimpin Melayu selalu menerapkan perilaku jujur dalam menyuarakan kebaikan di tengah-tengah masyarakat untuk keselamatan bersama. Lisan, perbuatan dan pemikiran harus sejalan sehingga dapat dijadikan solusi berbagai masalah di masyarakat. Sehingga rakyat yang dipimpin akan merasa damai. Pada dasarnya kejujuran merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun terbiasa untuk jujur.
b. Pemimpin Jantan
Sebagai pemimpin hatinya jantan
Gagahnya tidak memilih lawan
Setianya patut dijadikan kawan
Beraninya dapat jadi andalan
Dada berisi dipalut iman
Hati jujur berbelas kasihan
Rakyat sejahtera hidup dan nyaman (Effendy, 2014:158)
Seorang pemimpin diharuskan mempunyai sifat berani pelakukan sesuatu demi kesejahteraan rakyat yang dipimpin. Keberanian menghasilkan kepempimpinan yang berwibawa, berintegritas, dan disegani oleh rakyat.
c. Pemimpin Jujur
Sebagai pemimpin lurus dan jujur
Beroleh rahmat ia bersyukur
Hidup merakyat rukun dan akur
Negeri sentosa rakyat pun makmur
Pemerintahan adil serba teratur
Amanah dan janji tiada luntur (Effendy, 2014:160)
Pemimpin jujur selalu menjalankan tugas dengan menjunjung tinggi kejujuran tanpa kebohongan. Pemimpin yang jujur memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt, menjadikan sebagai seorang pemberani sehingga dipercaya dalam menjalankan amanah yang diembankan.
3. Bijaksana
Seorang pemimpin harus bijaksana. Kebijaksanaan akan menjadikan seorang pemimpin mampu untuk mengendalikan kecerdasannya atau kepintarannya sehingga bisa membedakan tindakan dan perkataan yang tidak patut. Bijaksana juga akan menjadikan seseorang mampu mengatasi permasalahan dengan pertimbangan-pertimbangan sehingga menghasilkan keputusan terbaik.
Di dalam sifat bijaksana terkandung karakter pemimpin cerdik, pemimpin lurus, dan pemimpin sabar.
a. Pemimpin Cerdik
Tahu menyimak bijak menilik
Tahu menyelesaikan perkara pelik
Ilmunya luas budipun baik (Effendy, 2014: 117)
Pemimpin memiliki akal yang panjang dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi pada saat menjadi pemimpin. Mampu menyelesaikan berbagai macam masalah tanpa tergantung pada orang lain. Pemimpin cerdik terbentuk dari kisah perjalanan hidup seseorang, sehingga mampu menumbuhkan rasa kemandirian dan kecermatan dalam memimpin.
b. Pemimpin Lurus
Dijadikan pemimpin amatlah bagus
Dijadikan tua bertungkas lumus
Dijadikan induk tahu mengurus Memimpin negeri umat terurus (Effendy, 2014:170)
Pemimpin lurus memiliki tekad yang kuat untuk memajukan dan kecerdasan negeri yang dipimpinnya. Memiliki nilai-nilai kepahlawanan yang mampu melindungi negerinya dari berbagai macam permasalahan sehingga memberikan dampak pada ketentraman masyarakat. C.
c. Pemimpin Sabar
Diumpat dikeji ia mendengar
Duduknya kukuh tegaknya tegar
Ilmunya tinggi iman mengakar
Rajm menolong rakyat terlantar (Effendy, 2014:200)
Pempimpin sabar memiliki sikap kepedulian yang tinggi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Memiliki sifat sikap simpati dan empati. Ringan tangan yang senantiasa memberikan rasa kepedulian yang tinggi kepada orang lain, sehingga masyarakat yang dipimpin tidak merasakan kesusahan dan kekurangan.
4. Komunikatif
Komunikatif bearti mampu menyampaikan suatu persoalan dengan mudah dan dipahami oleh orang lain. Seseorang yang memiliki sifat komunikatif akan menyampaikan dengan benar dengan tuturan yang tepat. Di dalam sifat komunikatif terkandung karakter pemimpin abdi dan pemimpin acu.
a.Pemimpin Abdi
Dijadikan pemimpin besar manfaat
Negeri sentosa sempurna umat
Orang suka jauh dan dekat
Rahmatnya ada dunia akhirat (Effendy, 2014: 41)
Pemimpin abdi bermanfaat secara langsung kepada masyarakat yang dipimpinnya. Pandai dan tepat dalam menyampaikan informasi, mengkomunikasikan secara langsung kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah dipahami. Sehingga, hal yang disampaikan mampu dipahami oleh masyarakat.
Dengan orang tua-tua ianya dekat
Dengan yang muda-muda ia bersifat
Duduk tegaknya elok tabiat
Sembarangan kerja dengan mufakat
Sembarangan laku menuruti adat (Effendy,2014:41)
Pemimpin bersikap saling mengayomi antara kaum tua dan muda. Sikap mampu menghilangkan kecemburuan sosial, meningkatkan pengetahuan pemimpin, serta mendapat banyak pemikiran untuk kebaikan dan keberlangsungan dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam menyampaikan sesuatu hal, pemimpin dituntut untuk cerdas dan mudah dimengerti oleh masyarakatnya. Pemimpin harus pandai menggunakan kata-kata yang mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah pengertian.
b.Pemimpin Acu
Kepada syarak ia bertumpu
Kepada adat ia mengacu
Kepada udang ia menyatu
Kepada yang tua ia berguru (Effendy, 2014:46)
Seorang pemimpin dalam kehidupannya harus selalu menyampaikan segala hal yang mengacu pada perintah agama. Pemimpin juga harus menyampaikan segala ketentuan adat yang berlaku di tengah masyarakat yang dipimpinnya.
C Kriteria Pemimpin
Di dalam Pemimpin Ungkapan Melayu yang ditulis Tenas Effendi (2012), kriteria seorang pemimpin diungkapkan di dalam ungkapan adat sebagai berikut.
1. Sebagai pemimpin banyak tahunya
Tahu duduk pada tempatnya
Tahu tegak pada layaknya
Tahu kata yang berpangkal
Tahu yang berpokok
2. Sebagai pemimpin banyak tahannya
Tahan berhujan mau berpanas
Tahan bersusah berpenat lelah
Tahan berlenjin tak kering kain
Tahan berteruk sepepak teluk
3. Sebagai pemimpin banyak bijaknya
Bijak menyukat sama papat
Bijak mengukur sama panjang
Bijak menimbang sama berat
Bijak memberi kata putus
4. Sebagai pemimpin banyak cerdiknya
Cerdiknya mengurung dengan lidah
Cerdik mengikat dengan adat
Cerdik menyimak dengan syarak
Cerdik berunding sama sebanding
Cerdik mufakat sama setingkat
Cerdik mengalah tidak kalah
Cerdik duduk tidak suntuk
Cerdik tegak tidak bersundak
Cerdik berlapang dalam sempit
Cerdik berlayar dalam perahu bocor
5. Sebagai pemimpin banyak pandainya
Pandai membaca tanda alamat
Pandai mengunut mengikuti jejak
Pandai menyimpan tidak berbau
Pandai mengunci dengan budi
6. Sebagai Pemimpin Banyak Arifnya
Di dalam tinggi ia rendah
Pada yang dekat ianya jauh
Di dalam rendah ia tinggi
Pada jauh ianya dekat
7. Sebagai pemimpin mulia budinya
Berkuasa tidak memaksa
Berpengetahuan tidak membodohkan
Berpangkat tidak menghambat
Sebagai pemimpin banyak relanya
Rela berkorban membela kawan
Rela dipapak membela yang hak
Rela mati membalas budi
Rela melangas karena tugas
Rela berbagi untung rugi
Rela beralah dalam menang
Rela berpenat menegakkan adat
Rela terkebat membela adat
Rela binasa membela bangsa
9. Sebagai pemimpin banyak ikhlasnya
Ikhlas menolong tak harap sanjung
Ikhlas berbudi tak harap puji
Ikhlas berkorban tak harap imbalan
Ikhlas bekerja tak harap upah
Ikhlas memberi tak harap ganti
Ikhlas mengajar tak harap ganjar
Ikhlas memerintah tak harap sembah
10. Sebagai pemimpin banyak taatnya
Taat dan takwa kepada Allah
Taat kepada janji dan sumpah
Taat memegang petua amanah
Taat memegang suruh dan teguh
Taat kepada putusan musyawarah
Taat memelihara tuah dan meruah
Taat membela negeri dan rakyatnya
11. Sebagai pemimpin mulia duduknya
Duduk mufakat menjunjung adat
Duduk bersama berlapang dada
Duduk berkawan tak tenggang rasa
12. Sebagai pemimpin banyak sadarnya
Memimpin sedar yang ia pimpin
Mengajar sedar yang ia ajar
Memerintah sedar yang ia perintah ia suruh
Menyuruh sedar yang
13. Sebagai pemimpin banyak tidaknya
Merendah tidak membuang meruah
Meninggi tidak membuang budi
Sayang tidak akan membinasakan
Kasih tidak merusakkan
Baik tidak mencelakakan
Sumber:
Jamil, Taufik Ikram, dkk. 2020. Pendidikan Budaya Melayu Riau untuk SMA/SMK/MA kelas XI. Pekanbaru: PT. Narawita Swarna Persada
Komentar
Posting Komentar